Senin, 05 Januari 2015

JANGAN SU-UDZDZAN terhadap KETENTUAN TAKDIR ALLAH :



السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىسيّدنامُحَمَّدٍوَ عَلَى آلِ سيّدنا مُحَمَّد
Perputaran roda kehidupan kadang tidak bisa kita tolak, karena kehidupan bukan kita yang punya dan bukan kita yang mengendalikan. Makanya kehidupan sering berjalan bertolak belakang dengan yang kita inginkan. Memang, tidak gampang menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan kita atau yang kita rasakan pahit dan buruk. Dikatakan tidak gampang, karena memang kenyataan itu, kadang membawa kita pada kesedihan. .
Allah SWT berfirman :

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ.
“Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS al-Anbiyaa` 23)

Kita harus rela menerima segala ketentuan Allah dan menyadari bahwa apapun yang terjadi, sudah ditetapkan Allah SWT dalam Lauhul Mahfuzh. Kita wajib menerima segala ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan. Allah SWT berfirman :
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ.
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”. (QS al-Hadid 22).
Kita harus bisa sabar terhadap segala ketentuan takdir-Nya serta menerimanya dengan ikhlas. Bukankah kita bisa sabar dan ikhlas menerima ketentuan takdir Allah yang menyenangkan kita? Maka sudah seharusnya, kita pun harus bisa sabar dan ikhlas, saat menerima ketentuan takdir-Nya yang tidak menyenangkan, yang berupa kesulitan atau musibah.

Menurut Imam Suyuthi dalam Tafsir al-Jalalain sabar adalah menahan diri terhadap apa-apa yang tidak kita sukai. Sikap inilah yang wajib kita miliki saat kita menghadapi kenyataan yang tidak menyenangkan atau musibah. Selain itu, disunnahkan ketika terjadi musibah, kita mengucapkan kalimat istirja’ (Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun ).

Allah SWT berfirman
وَ لَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَ الْجُوْعِ وَ نَقْصٍ مِّنَ الْأَمَوَالِ وَ الْأنْفُسِ وَ الثَّمَرَاتِ وَ بَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ ¤
اَلَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا ِللهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

"Dan sesungguhnya akan Kami beri kamu percobaan dengan se­suatu dari ketakutan dan kelaparan dan kekurangan dari harta­ benda dan jiwa2 dan buah buahan; dan berilah khabar yang menyu kakan kepada orang yang sabar. ¤ (Yaitu) orang-orang yg apabila menimpa kepada mereka suatu musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kita ini dari Allah, dan sesungguhnya kepadaNya­lah kita semua akan kembali".
(QS Al Baqarah 155-156)

Ayat diatas mengisya ratkan bahwa Allah SWT memang sudah mene tapkan bahwa kita semua akan ditimpa suatu ujian yg akan membuat kita merasa takut dan kekurangan. Dan hal itu pasti terjadi pada semua manusia. Yang paling penting adalah bagaimana kita menyikapinya. Sebaiknya kita bersabar dan selalu baik sangka terhadap segala keten tuan-Nya dan tawakal kepada Allah SWT.
Yang perlu diingat adalah jangan sampai saat kita ditimpa kesulitan atau musibah, menyebabkan kita su-udzdzan (buruk sangka) terhadap ketentuan takdir Allah. Apalagi sampai berputus asa, karena putus asa adalah bagian dari kesesatan dan putus asa adalah pengikut kekufuran, sebagaimana tertulis dalam firman-Nya

قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلا6 الضَّالُّونَ

”Tidak ada orang yg berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.” . (QS. Al Hijr 56).
Memang, biasanya orang yang tertimpa musibah mudah sekali terjerumus ke dalam sikap putus asa. Seperti tertulis dalam firman-Nya :
وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوا بِهَا وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ.
” Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa" (QS Ar Ruum 36).

Kita harus meyakini, bahwa pasti ada hikmah dibalik setiap kesulitan atau musibah yang menimpa.Mungkin dengan kesulitan atau musibah yang dialami seseorang, akan menjadi penggugur dosa-dosanya. Seperti sabda Rasulullah SAW : . “Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah akan menghapus sebagian dosanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Namun sikap sabar dan tawakal tidak berarti kita hanya diam termenung meratapi nasib, tanpa berupaya mengubah apa yang ada pada diri kita. Allah SWT berfirman

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ.
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS ar-Ra’du 11)

Rasulullah SAW pun memberi petunjuk bahwa segala bahaya (madharat) wajib untuk dihilangkan. Misalnya ketiadaan logistik, tempat tinggal, masjid, sekolah, dan sebagainya.

Nabi SAW bersabda,”Tidak
boleh menimbulkan bahaya bagi diri sendiri dan bahaya bagi orang lain.” (HR Ibnu Majah)

Jadi saat kita dihadapkan pada ketentuan takdir-Nya yang tidak menyenangkan, yang berupa kesulitan atau musibah, maka yang pertama kali harus kita ingat adalah, bahwa Allah SWT tidak pernah membuat kita menderita, kita harus meyakini bahwa pasti ada hikmah dan pasti ada maksud lain yang ingin disampaikan-Nya :
وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ.
" Dan bersabarlah (Muhammad) menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhan mu ketika engkau bangun"(QS At Thur 48)
Maha benar Allah dg segala firmanNya.