Kamis, 24 April 2014

Sahabat Blog




sungguh begitu sulit menjaga hati agar selalu bersih, meski lidah mampu untuk dikunci, namun perasaan hati buruk terus meronta bergerak bebas dalam rongga dada menunggu untuk segera dikeluarkan, menggelitik katup mulut untuk melontarkan untaian kata-kata yang begitu mungil dan ringan diucapkan berkomentar dari segala yang dilihat dan didengar, meskipun sebenarnya kita tak pernah bermaksud untuk menyinggung apalagi melukai hati orang lain, tetapi kita tak pernah bisa mengukur dengan pasti dampaknya, yang terkadang berpotensi memancing kesalahfahaman. Ibarat kapas yang dihamburkan ke udara, tertiup angin berterbangan kemana-mana tersangkut di pohon, tergeletak di tanah berlumpur, bahkan sampai berserakan ke tempat-tempat jauh, mana mungkin mengumpulkannya kembali, begitu sulit memperbaiki hati seseorang yang telah luka oleh perkataan atau perlakuan kita. Rasa sakit tidak akan bisa hilang begitu saja, karena ia seringkali meninggalkan bekas. …Jika kita tak ingin dilukai, maka janganlah melukai. Sungguh hidup ini indah dengan cinta dan kasih sayang…. Subhanallah

Sahabat Blog…biarkanlah airmata itu terus membahasahi pipi, bila memang itu bisa menjadi pembasuh hatimu agar senantiasa tetap bersih. Jangan terlalu risaukan yang akan terjadi esok atau lusa sehingga menjadi kegelisahan yang mengobrak-abrikkan kebersihan diri, mengkelamkan pikiran dalam memandang kehidupan. Masa lalu yang terlewati merupakan pijakan untuk melangkah dengan keyakinan yang lebih mendalam lagi. Tidak ada angin yang bisa menumbangkan akar yang kuat meskipun dahan dan dedaunan harus jatuh ke tanah. Waktu selalu tak bisa diulang, karena roda kehidupan terus bergerak hingga tak terasa akan menjejak di satu titik yang membuat jiwa luruh terpaku pada sudut yang tak dimengerti. Pejamkanlah pandang untuk sejenak tepikan ego yang pernah begitu lama bersahabat, hingga tlah mampu membuat ketajamann hati kian menumpul sementara kekesatan nurani makin menjadi. Cobalah untuk lebih fasih mengeja makna hidup dari sisi yang terkadang tak kita pahami….sertakan selalu Allah dalam setiap langkah mu...


Rabu, 23 April 2014

Bertambahnya usia



A'udzubillahiminasaytonir'rojiiim...
Bismillahir'rahmanir'rahim
menikmati detik bertukar hari, melihat siang berganti malam mengikuti kehidupan yang berkembang dan mengalirkan perubahan demi perubahan.
Bertambahnya usia menjadikan kita menjadi semakin tua. Namun akankah menjadi tua akan selalu sama dengan menjadi dewasa..? Sepertinya tidak …. terkadang justru ketuaan lekat dengan arogansi kekuasaan bahkan penguasaan kekayaan seakan itu merupakan inti dari tujuan hidup, meskipun kita tahu bahwa ketuaan itu lekat dengan bertambahnya usia yang memastikan kedekatan dengan akhir masa hidup, sementara kedewasaan itu lekat dengan bertambahnya kualitas spiritual dan kepribadian serta pemikiran menembus dimesi kehidupan setelah mati…Betulkah kita sudah menjadi dewasa..? Atau kita hanyalah setumpuk raga yang matang atau tua secara usia?... hanya kita yang tahu….


mungkin diantara kita pernah merasa sangat menyesal dengan apa yang telah dilakukan, dengan menyalahkan diri sendiri atas hasil yang tidak sesuai dengan harapan, ketika menyadari bahwa apa yang telah lakukan selama ini adalah sebuah kesalahan. Namun jika kita renungkan lebih dalam, nyatanya ada banyak hal positif yang bisa kita ambil dari sesal itu, selama kita mau membuka diri dan mengambil hikmah dari sesuatu yang telah terjadi. Penyesalan akan membuat kita lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan di kemudian hari, dari sesal itu akan mendorong kita untuk menjadi manusia yang lebih baik di masa depan, dengan menyesal kita akan segera sadar dari kesalahan sehingga bisa hidup dalam kebenaran. Akan tetapi, penyesalan justru akan memperburuk keadaan jika kita hanya meratapi terus-menerus apa-apa yang sudah terjadi tanpa mau berusaha untuk bangkit kembali.

..hidup itu proses, hidup itu belajar, hidup itu bergerak ke masa depan dan bukan mundur ke belakang. maka nikmatilah setiap detik waktu yang masih Allah percayakan pada kita dengan sesuatu yang baik dan memberi manfaat…Insya Allah

“semoga Allah Swt. masih menutupi keburukan kita sehingga hanya kebaikan yang terlihat. menyembunyikan semua aib-aib kita, hingga hanya kemulian yang tampak".Aamiin Ya Robbal'Alamiin

Guru terbaik adalah pengalaman



The best teacher is experience, guru terbaik adalah pengalaman, begitu kata pepatah, namun tak sedikit dari kita yang terlalu terpaku dengan masa lalu yang begitu indah, hingga enggan untuk melupakan bahkan ingin mengulangnya kembali. Sebaliknya tidak sedikit pula yang merasa masa lalunya terasa kelam dipenuhi kegagalan dan kepedihan, sehingga berusaha untuk membuang jauh dari ingatan. Biarkanlah masa lalu menjadi sekedar guratan kehidupan, meski membekas, tetapi jangan membuat kita rapuh. Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, di bawah payung gelap masa silam. Terlalu memikirkan masa lalu adalah kebodohan, tak ada gunanya mengurai kembali bingkai zaman, memutar roda sejarah. cukuplah kita mengambil pelajaran dari setiap peristiwa, agar menjadi lebih tahan uji, mampu memilah dan berpikir posititf bahwa tidak ada manusia sempurna dan tidak ada manusia yang selalu benar dan salah. Berdamailah dengan masa lalu dengan memaafkan diri agar tidak selalu dihantui rasa bersalah. Jangan hakimi diri dengan lembaran masa silam yang akan membelenggu diri membuat kita lupa tentang masa depan yang sedang menunggu, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan masa kini yang kita dimiliki. …..Subhanallah

“Habis manis, sepah dibuang,”



“Habis manis, sepah dibuang,” rasanya teramat wajar jika kalimat sindirian ini terlontar sebagai ungkapkan rasa kekecewaan terhadap orang yang dianggap tidak tahu terimakasih atau balas budi, merasa diri dicampakkan begitu saja seperti sepah, setelah dinilai tidak berguna. Namun bila kita cermati dengan pemikiran yang jernih, seharusnya kita bisa memetik suatu filosofi yang luar biasa dengan tidak merasa kecewa, karena telah dihempaskan oleh yang kita harapkan memberikan penerimaan. Mungkin mereka benar telah menghempaskan karena kita sudah tidak memberi lagi rasa manis yang mereka butuhkan, akibat kita yang membiarkan “kehilangan rasa manis” yang mereka harapkan atau mereka keliru karena tidak bisa menghargai rasa manis yang kita miliki. Tetapi, bukan itu yang perlu menjadi fokus perhatian kita. Cukuplah untuk selalu memikirkan, bagaimana caranya agar kita bisa memberikan lebih banyak lagi rasa manis? Karena dengan rasa manis yang kita tebarkan, kita tidak perlu meneriaki para semut untuk mengerubuti, Insya Allah, cepat atau lambat; mereka akan datang sendiri. …berusahalah untuk selalu menjaga diri agar dapat memastikan bahwa kita tetap menjadi pribadi manis yang lestari didalam diri dan bermanfaat bagi yang lain….Subhanallah