Bicara masalah kebenaran,
setiap orang memiliki persepsi dan pandangannya masing-masing. Semuanya
tergantung dari apa yang ia yakini, dan semua menjadi benar karena
masing-masing merasa yakin dengan kebenarannya sehingga seringkali tidak bisa
dihindari menjadi sebuah perdebatan yang tidak ada ujung dan akhirnya, karena
orang biasanya mengklaim kalau dirinya berada di pihak yang benar, itu sah dan normal-normal saja
bahkan jarang orang yang mengaku dirinya salah. Tetapi disaat yang diinginkan
sebuah kebenaran, dan ternyata kebenaran itu tak sejalan dengan apa yang selama
ini diyakini, kurang memuaskan dengan apa yang diharapkan, maka yang terjadi
adalah melakukan suatu pembenaran dengan mengacuhkan bahkan menghancurkan
kebenaran itu sendiri, sehingga terjebak dalam pola yang begitu mudah melakukan
pembenaran atas apa yang telah menimpa hidupnya, dengan berusaha menentramkan
hatinya, mengurai dan mencari berbagai alasan dengan menyalahkan situasi bahkan
Tuhan nya. Padahal kebenaran tetaplahkebenaran, tak masalah bila ia dibenarkan
atau disalahkan, karena ia akan tetap menjadi sebuah kebenaran sampai
kapanpun.....kebenaran yang Hakiki hanyalah milik Allah Swt…
“Ketika kita merasa paling benar, maka saat itu dapat dipastikan bahwa kitalah yang pasti salah".
“Ketika kita merasa paling benar, maka saat itu dapat dipastikan bahwa kitalah yang pasti salah".
Al Fudleil bin ‘iyadh menyatakan: Ketika manusia sudah tidak memiliki rasa malu lagi maka tidak ada bedanya dengan bianatang.