Rabu, 23 April 2014

“Habis manis, sepah dibuang,”



“Habis manis, sepah dibuang,” rasanya teramat wajar jika kalimat sindirian ini terlontar sebagai ungkapkan rasa kekecewaan terhadap orang yang dianggap tidak tahu terimakasih atau balas budi, merasa diri dicampakkan begitu saja seperti sepah, setelah dinilai tidak berguna. Namun bila kita cermati dengan pemikiran yang jernih, seharusnya kita bisa memetik suatu filosofi yang luar biasa dengan tidak merasa kecewa, karena telah dihempaskan oleh yang kita harapkan memberikan penerimaan. Mungkin mereka benar telah menghempaskan karena kita sudah tidak memberi lagi rasa manis yang mereka butuhkan, akibat kita yang membiarkan “kehilangan rasa manis” yang mereka harapkan atau mereka keliru karena tidak bisa menghargai rasa manis yang kita miliki. Tetapi, bukan itu yang perlu menjadi fokus perhatian kita. Cukuplah untuk selalu memikirkan, bagaimana caranya agar kita bisa memberikan lebih banyak lagi rasa manis? Karena dengan rasa manis yang kita tebarkan, kita tidak perlu meneriaki para semut untuk mengerubuti, Insya Allah, cepat atau lambat; mereka akan datang sendiri. …berusahalah untuk selalu menjaga diri agar dapat memastikan bahwa kita tetap menjadi pribadi manis yang lestari didalam diri dan bermanfaat bagi yang lain….Subhanallah