“Habis
manis, sepah dibuang,” rasanya teramat wajar jika kalimat sindirian ini
terlontar sebagai ungkapkan rasa kekecewaan terhadap orang yang dianggap tidak
tahu terimakasih atau balas budi, merasa diri dicampakkan begitu saja seperti
sepah, setelah dinilai tidak berguna. Namun bila kita cermati dengan pemikiran
yang jernih, seharusnya kita bisa memetik suatu filosofi yang luar biasa dengan
tidak
merasa kecewa, karena telah dihempaskan oleh yang kita harapkan memberikan
penerimaan. Mungkin mereka benar telah menghempaskan karena kita sudah tidak
memberi lagi rasa manis yang mereka butuhkan, akibat kita yang membiarkan
“kehilangan rasa manis” yang mereka harapkan atau mereka keliru karena tidak
bisa menghargai rasa manis yang kita miliki. Tetapi, bukan itu yang perlu
menjadi fokus perhatian kita. Cukuplah untuk selalu memikirkan, bagaimana
caranya agar kita bisa memberikan lebih banyak lagi rasa manis? Karena dengan
rasa manis yang kita tebarkan, kita tidak perlu meneriaki para semut untuk
mengerubuti, Insya Allah, cepat atau lambat; mereka akan datang sendiri.
…berusahalah untuk selalu menjaga diri agar dapat memastikan bahwa kita tetap
menjadi pribadi manis yang lestari didalam diri dan bermanfaat bagi yang
lain….Subhanallah