Kamis, 12 Desember 2013

Surat Dari Lara



Namaku Ihsan, aku seorang pemuda desa. Menyukai kebebasan.Pekerjaanku hanya membantu ayahku berdagang. Dan aku mempunyai sahabat, dia adalah Lara. Lara Ayu Hastari.
Dia gadis yang pandai, cantik dan mudah bergaul dengan orang kampung sepertiku. Dia dari Jakarta. Aku mengenalnya saat dia dan keluarganya pindah ke desa kami. Desa Cirea Kuningan Jawa Barat
Namun kebersamaan kami tidak terlalu lama. hanya lima tahun kami bersama dan masuk SMP dia dan keluarganya kembali ke Jakarta.

Masa kecilku teramat sederhana namun indah. Aku menyulang kebebasan. Semua terasa lengkap saat kehadiran Lara di kampung kami karena dia sahabat baikku.
Masih ku ingat, saat siang di pematang sawah, Lara berlari kecil menghampiriku
"Ihsan, tunggu..."
"Lara, kamu ini tiba-tiba muncul tanpa permisi..."
Lara hanya tersenyum, kedua tangannya bersembunyi di balik badannya. seperti menyembunyikan sesuatu
"hmm..bawa apaan tuh? "
"hehe..ini untukmu, selamat ulang tahun"
Aku hanya terbengong karena seumur - umur aku belum pernah mendapatkan ucapan selamat ulang tahun.
"makasih ya.."
Aku membuka bungkusan berwarna biru. sebuah kotak kecil didalamnya berisi gantungan kunci berbentuk bintang dengan bertuliskan inisial namaku dan Lara.
Itu adalah kenangan indah tak terlupakan sebelum dia pamit kembali ke Ibukota.

Tanpa terasa lima belas tahun sudah aku dan Lara berpisah. Hanya setumpuk surat yang menjadi alat komunikasi kami. Meskipun dia kembali ke Jakarta namun komunikasi tetap kami jalin.
"Aku merindukannya ya Allah"
Sayang setiap kali aku minta nomor teleponnya dia tidak pernah mau memberi. Entah untuk alasan apa, aku tidak pernah tahu

"Ah, capek juga badanku.seharian membantu ayah mengurus usaha dagangnya...huffftt..."
Kurebahkan tubuhku, sesaat pandanganku tertuju pada tasbih dari jali - jali yang menggantung di dinding kamar. Kemudian ku bangkit dan meraih tasbih itu.
Sekarang bulan Juli. Iya aku masih ingat ulang tahun Lara.
Sudah lama sekali aku ingin memberikan tasbih ini untuk Lara. Namun aku ragu. Aku belum pernah memberi hadiah ulang tahun. Dan yang mau aku berikan hanya sebuah tasbih dari jali - jali yang aku buat. Apa mungkin dia mau menerima sedangkan dia selalu memberiku barang yang menurutku cukup berharga.
Tanpa berfikir panjang lagi, akhirnya aku mengirimkan tasbih tersebut untuk hadiah ulang tahun Lara. Dan beberapa hari kemudian datang surat dari Lara. Namun betapa terkejutnya aku saat membaca surat balasan darinya

Untuk sahabatku

Terima kasihku untuk doa dan hadiah yang telah kamu berikan. hadiah yang sangat membuat aku bahagia. Mungkin ini suratku yang terakhir karena aku sudah tidak sanggup lagi menulis dan menahan sakit yang kerap kali menggerogoti sumsum tulangku dari aku kecil. Aku pasrahkan semua kepada takdir yang Allah telah tentukan untukku.

Jika ini adalah saat terakhirku menatapmu dalam sebingkai foto di kamarku, kado inipun sangatlah indah untuk aku terus bertasbih sampai akhir hayatku.

Maafkan aku Ihsan
Selamat tinggal sahabat, selamanya aku menyayangimu.

Lara