Batik Adem. Jogyakarta |
Masih Desember
Maaf aku baru pulang pada malam ke-21. Kemarin malam ke 20 terlalu
meletihkan. Ya, letih. Benar-benar letih yang menguras energi dan
imajinasi. Hufh, tapi sekarang aku tidak mau letih lagi. Mengingatnya
pun tidak mau. Letihku sudah diredam oleh waktu, sudah menyatu dengan
teriakku di dalam air, lalu menghilang.
Rugi
sekali jika aku masih betah digelayuti oleh rasa letih yang tidak
mempan disembuhkan pakai count**pain itu. Ini adalah desemberku. Sudah
seharusnya aku kembali menjadi aku. Aku tidak mau menjadi orang lain
dalam desemberku. Dan tidak pula ada wajah-wajah lain dalam desemberku,
hanya aku. Tentu saja, karena desember ini milikku.
Desember.
Bukankah ini yang kau tunggu selama 5 tahun. Kau tak akan
menjadikannya cerita yang menyedihkan bukan? Imajinasimu terlalu
brillian untuk sekedar menjelma menjadi kicauan parau. Sayang sekali
kalau energimu hanya terpakai untuk menggerakkan langit lakrimalmu. Kau
punya energi berlebih untuk menjadikannya hebat dan istimewa. Bahkan
imajinasimu telah jauh melesat sampai 1 tahun ke depan kaaan??? Ingat
apa yang akan kau lakukan tahun depan. Ingat project besarmu lima tahun
ke depan. Ingat targetmu di 2013. Ah, menyenangkan sekali bermain
dengan imajinasi
Bukankah
ini keahlianmu? Untuk menjadikan luka tidak terasa sakit, untuk
menyulam benang-benang kusut menjadi sapu tangan cantik, untuk tetap
kering walaupun sedang turun hujan. Bertahun-tahun kau piawai melakukan
ini. Dan semuanya baik-baik saja. Lantas apa susahnya untuk menjadikan 9
hari tersisa dalam desember ini menjadi istimewa?
Dan ketika Januari tiba, tinggal lanjutkan hal-hal istimewa yang telah kau lakukan selama desembe